Kamis, 23 April 2015

Dellie Threesyadinda Atlet Pemanah Nasional Berparas Cantik Dengan Segudang Prestasi


Atlet panah

Di indonesia Panahan mungkin merupakan salah satu olahraga yang berada dinomor 378. Oleh sebagian besar orang oleehraga yang satu ini mungkin sangat membosankan. Karena harus berdiri tegak dan membawa panah beserta ank panahnya untuk membidik bulat-bulatan Merah, Putih atau Kuning dan semacamnya dari kejauhan. Sa pemanah harus melihat dengan serius bulatan yang menjadi target bidikan mereka.
Olah raga ini benar-benar terlihat sangat memb



osankan karena tidak semua orang bisa melakukannya. Butuh keahlian khusus dan kejelian untuk bisa membidik apa yang meenjadi target bidikan.
Namun olahraga tersebut tidaklah membosankan bagi sosok dara kelahiran Surabaya 12 Mei 1990 ini. Bagi Dik Dellie Threesyadinda olahraga ini terlihat sangat menyenagkan. Maklum saja wanita cantik yang memiliki senyum manis tersebut sudah mahir dengan olahraga yang tidak semua orang bisa melakukan olahraga ini.
Dellie sendiri memang terlahir dari keluarga pemanah mulai dari kakek neneknya hingga kedua orang tuanya dan adik-adiknya merupakan seorang pemanah. Lilies merupakan seorang pemanah legendaris  peraih medali perak Olimpiade 1988 merupakan ibu kandung dari wanita yang memiliki senyum yang imut tersebut.
Arena memanah bagi Dellie sudahlah menyatu dengan dirinya, karena sejak kecil ia sudah sering dibawa untuk menyaksikan ibunya berlatih untuk kejuaraan nasional.
“Sejak kecil saya sudah sering diajak mama latihan dalam kejuaraan, jadi saya sudah banyak mengetahui atmosfernya” akui mahasiswi Fakultas Hukum di Universitas Airlangga itu.
Ia juga mengaku sudah memegang busur sejak di bangku SD. Gadis cantik tersebut juga mengungkapkan saat usianya baru 7 tahun ia sudah mengikuti  kejuaran junior yang kala itu digelar di Bojonegor.


Braden Gellenthien seorang pemanah laki-laki yang berparas ganteng dan inspirasi



Biography Braden Gellenthien

Saya dibesarkan di sebuah kota kecil 25 km sebelah barat dari Boston dan diindoktrinasi ke dalam gaya hidup menjadi penggemar Sox. Saya tidak menemukan memanah sampai 1997 dan untuk beberapa tahun pertama, saya tidak sangat baik dalam hal itu. Ia tidak sampai 2001 yang akhirnya saya menjadi cukup dengan itu serius untuk mencari pelatih dan mulai bekerja untuk memperbaiki kemampuan saya. Sejak hari itu, panahan telah menjadi angin puyuh pengalaman dan kesempatan yang saya tidak akan perdagangan untuk apa pun. Saya telah bersaing sebagai pemanah profesional sejak 2003 dan telah mendapat kehormatan mewakili Team USA sejak musim panas itu.

Career Highlights

2013 pemenang Hadiah Longines, Mens Compound. Sebagian X ditembak di Piala Dunia Tour.
LAS Klasik Champion - 2004 Nimes Champion - 2011 FITA Juara Dunia Indoor - 2007 NFAA Juara Nasional Indoor - 2007 NAA Juara National Indoor 2004, 2007, 2012, 2013 Piala Dunia Tahap Juara - Varese, Italia (2007), Republik Dominika (2009) , Ogde
World Ranking:


Years in Archery and on National Team

Tahun di Archery & di USAT: Aku sudah "dalam memanah" selama 15 tahun sekarang dan telah di USAT selama 10thn

How you got your start in Archery           

Saya pertama kali diperkenalkan ke panahan di musim panas cub scout camp ketika saya masih 11. Aku tidak sangat baik tapi benar-benar menikmati pemotretan. Setelah kamp, orang tua saya memutuskan bahwa saya bisa mendapatkan busur pertama saya dan ayah saya dengan cepat menjadi tertarik pada panahan juga. Kami mulai menembak bersama di liga lokal pada akhir pekan sampai hanya sekitar hari ditakuti untuk semua ayah: hari itu aku memukulnya. Setelah itu, ia menjadi ayah memanah mendukung dan menyarankan agar saya mulai bekerja dengan pelatih saya, Terry Wunderle. Meskipun pada awalnya saya sangat keras kepala dan tidak ingin mengubah bentuk saya, saya mendengarkan saran dan karir saya telah kabur sejak.

Mentor / Inspiration in your Archery Career


Banyak dari Anda telah melihat logo Wing topi saya selama musim lalu. Inspirasi terbesar saya di panahan adalah Adam Wheatcroft. Ketika aku tumbuh dewasa, ia berada di puncak permainannya ... Memenangkan setiap peristiwa yang ia pergi ke dan mendominasi kelas junior. Dominasinya memicu saya untuk berlatih lebih keras dan cerdas sehingga saya bisa disebutkan dalam kalimat yang sama seperti dia. Aku punya mimpi untuk pergi ke perguruan tinggi dengan dia dan menembak bersama-sama untuk JMU Dukes. Dia dibawa dari kami banyak untuk segera dan saya berharap untuk menghormati dia dan hidup saya (bersaing dan sehari-hari) dengan cara yang akan membuat dia bangga. Logo yang topi saya melayani sebagai cara untuk menghormati memori Adam dan berfungsi sebagai pengingat untuk diriku sendiri untuk hidup setiap hari yang terbaik yang saya bisa.

 

Sponsors

Panah - Easton (panah pilihan - outdoor: ProTour 420 Eclipse / indoor 2312/2512 / berburu: AC Injexion)

Pemanah antraksi Indonesia


SURABAYA: Setelah dua kakaknya mencatatkan diri dalam Museum Rekor Indonesia (Muri), kini giliran sang adik, Della Adisty Handayani yang menorehkan rekor sebagai atlet putri termuda cabang olahraga (cabor) panahan dengan jarak terjauh.

Dalam acara yang dilangsungkan hari ini, Minggu (28/12) di lapangan KONI Jatim, Della berhasil memanah tiga balon dan banner dari jarak 30 meter dan tinggi 15 meter.

Namun perjalanannya untuk meraih rekor tidaklah mulus. Kala tinggal satu balon yang belum dipanah, gadis cilik yang kini duduk di kelas enam SD Muhammadiyah 4 Surabaya ini harus mengulang sebanyak lima kali. Namun akhirnya, pada kali keenam, dia berhasil merain rekor baru tersebut.

Seusai menorehkan prestasi, Della mengaku sangat senang bisa meraih rekor dalam usianya yang masih 11 tahun. Dia bahkan bertekad untuk melampaui prestasi ibunya yang juga pemanah, Lilies Handayani dan kakak sulungnya, Dellie Threesyadinda.

“Perasaaanya ya senang, kalau bisa aku harus mampu menyaingi Mama dan Kak Dinda,” ujarnya polos.

Della mengatakan, kecepatan angin cukup membuatnya kelabakan. Karena itu pada tembakan ketiga dia harus mengulang hingga lima kali. “Tadi anginnya kencang, jadi tidak kelihatan. Mau saya koteksi juga tidak bisa, jadi seadanya saja. Alhamdulillah berhasil.”

Keberhasilan Della mencatatkan diri sebagai penamah termuda melengkapi rekor yang sudah dicapai keluarganya.

Ayah Della yang juga pelatih panahan, Denny Trisyanto mendapat penghargaan Muri sebagai penemu permainan panahan balon dan banner. Ibunya, Lilies Handayani adalah mantan atlet nasional yang juga tercatat dalam Muri sebagai peraih perak pertama dalam Olimpiade Seoul, Korea Selatan 1988.

Sementara itu, dua kakaknya yakni Dellie Threesyadinda dan Irvaldi Ananda Putra juga menyandang rekor Muri. Dinda adalah peraih medali panahan terbanyak pada 2005 dengan 15 emas, 2 perak dan 1 perunggu, sedangkan Irvaldi menjadi atlet putra termuda cabor panahan dengan jarak terjauh yakni 30 meter. (*)

Bocah Cantik Berusia 2 Tahun Jadi Pemanah Handal!

Luar biasa! Itulah kata-kata yang menggambarkan sosok anak perempuan berusia dua tahun bernama Dolly Shivani Cherukuri ini.
Jika pada umumnya, anak-anak seumurannya hanya baru bisa menangis dan bermain serta belum terlihat menunjukkan bakat yang menonjol, namun Dolly telah berhasil memecahkan rekor nasional baru dalam bidang olahraga panah, namanya tercatat dalam India Book of Records.
Ya, bocah perempuan asal Vijaywada di bagian selatan negara bagian Andhra Pradesh, ini menjadi orang termuda di India yang mencatat skor lebih dari 200 poin di sebuah acara pada hari Selasa (24/03) lalu.
Menurut laporan Press Trust of India, Dolly yang pekan depan akan berulang tahun yang ketiga ini menembakkan 36 anak panah, lima meter dari sasaran, lalu dari tujuh meter, sehingga mencapai skor total 388 poin. Prestasinya ini disaksikan oleh para tokoh olahraga senior dan pejabat dari India Book of Records.

Dolly dilahirkan setelah kakak laki-lakinya, Cherukuri Lenin yang juga seorang atlet dan pelatih panah internasional meninggal dalam sebuah kecelakaan di jalan pada tahun 2010.
Ayahnya, Cherukuri Satyanarayana, mengatakan putrinya sudah dilatih sejak lahir untuk menjadi juara. Bahkan saat ia tahu akan ada kehadiran seorang bayi dalam, Cherukuri memutuskan untuk membentuk si jabang bayi kelak sebagai seorang pemanah.
"Persiapan ini sudah dimulai sejak ia masih di dalam Rahim,” ucap Cherukuri yang dilansir BBC


Matt Stutzman, Raja Pemanah




Walau dilahirkan tanpa kedua tangan, atlit asal Amerika ini tetap bersemangat untuk meraih satu emas di cabang panahan. Yang menakjubkan, pemanah berusia 29 tahun ini melakukan aksinya dengan menggunakan kaki, pundak dan mulut. 

Menurut sang ibu, Matt tertarik mendalami cabang panahan setelah mampu menguasai tehnik menembak menggunakan kakinya. Bahkan sang ibu mengklaim Matt mampu menembak sebuah koin dari jarak 50 yard. 

Matt Stutzman (lahir 10 Desember 1982) adalah seorang atlet Amerika yang bersaing dalam memanah. Dia adalah anggota dari 2.012 US Paralimpiade Archery Team. Ia memenangkan medali perak di Paralimpiade 2012.  Dia saat ini juga pemegang rekor dunia untuk menembak terpanjang akurat dalam memanah.

Stutzman lahir di Kansas City, Kansas, dan saat ini tinggal di Fairfield, Iowa  Lahir tanpa lengan, dia. Belajar untuk melakukan segala sesuatu yang biasanya mungkin melakukan dengan tangan seseorang, tetapi dengan kakinya. Dia muncul dalam 2013 dokumenter syuting My Way ke Olympi
c.

Srikandi Andalan Indonesia berada di JATIM




Salah satu prestasi sang ibu telah disamai Dellie Threesyadinda. Anak pertama  Lilies Handayani, Srikandi Indonesia yang meraih medali perak cabang olahraga panahan, bersama Kusumawardani dan Nurfitriyana, itu berhasil meraih emas pertamanya di ajang SEA Games pada SEA Games 2013 di Myanmar.
Sebuah pencapaian luar biasa bagi pemanah berusia 23 tahun itu.
Betapa tidak, sebelum berangkat ke Myanmar kala itu, anak pertama pasangan Denny Trisyanto dan Lilies Handayani itu sempat mengalami kecelakaan. Taxi yang ditumpanginya dari Hotel Athlet Century, Jakarta, menuju Bandara Soekarno Hatta menabrak sebuah truk.
Tragedi yang terjadi dua hari sebelum keberangkatannya ke Myanmar, tepatnya 5 Desember 2013, itu mengakibatkan luka di bagian kepala dan wajahnya, serta memar di tangan dan jari kirinya.
“Saya tidak tahu kejadiannya, karena ketika kecelakaan terjadi saya tidur. Ketika sadar, kaca taxi-nya pecah, wajah dan baju saya sudah berlumuran darah,” kisahnya.
Dinda, sapaan akrab Dellie Threesyandinda sendiri bertolak ke Myanmar dengan enam jahitan di kepala yang belum mengering, begitu pula luka di wajahnya. Tak pelak, Dinda pun masih merasa kesakitan dan tidak nyaman ketika tiba di Myanmar. “
Masih terasa cenut-cenut dan perih. Tapi saya tahan sebisa mungkin. Untung ketika tanding tidak begitu terasa,” katanya.
Hebatnya lagi, meski tangan dan jarinya masih memar, dengan menahan rasa sakit karena harus menarik batang busur, Dinda tetap mencatatkan poin bagus selama lomba di nomor tim compound putri. “Saya alihkan dengan berkonsentrasi penuh pada sasaran,” jelasnya.
Atlet panahan andalan Jatim ini  meyakini, musibah yang menimpanya itu sebagai pertanda baik.
“Setelah kecelakaan itu, saya tiba-tiba ada rasa percaya di hati, bahwa Allah SWT punya rencana lain setelah musibah ini. Ternyata benar, saya dan ketiga rekan saya tampil sangat baik pada perlombaan itu, dan berhasil meraih medali emas,” sebut peraih dua emas di PON XVIII/2012 Riau  itu.
Dinda sendiri tak menyangka, karena ketiga rekannya, Sri Ranti (Jawa Barat),  Della Adisty Handayani (adik kandung Dinda) dan Rona Siska (DKI), dalam tim compound putri Indonesia ini tak memiliki pengalaman tampil di ajang sebesar multieven dua tahunan itu.
“Ini benar-benar keajaiban. Meski persiapan kami memang maksimal, saya rasa tidak mudah meraih dengan skuad tim yang benar-benar baru,” ujar peraih 1 emas di nomor compound putri perseorangan di Asian Archery Grand Prix (Thailand) ini.
Dinda memang berperan besar dalam sukses tim compound putri Indonesia di ajang SEA Games kali ini. Sebab, sebagai pemain paling senior dan memiliki pengalaman tampil di ajang tersebut, Dinda berperan sebagai motivator bagi rekan setimnya.
“Saya terus memompa semangat teman-teman. Saya juga terus meningatkan agar tak cepat puas meski sudah unggul dalam pengumpulan poin. Saya minta mereka untuk terus menjauh dari kejaran lawan di saat mereka tampak mengendur,” urai Dinda.        
Hasilnya memang luar biasa. Di final, sejak awal lomba tim compound putri Indonesia selalu unggul atas para pemanah Myanmar. Mereka pun menang telak dengan selisih poin yang terpaut jauh. “Kami membuat gap yang sangat bagus, sehingga lawan sulit mengejarnya hingga akhir lomba,” katanya.
Ia berharap, pencapaian ini mampu ia ulangi, atau bahkan melebihinya. “Minimal, saya bisa mendekati prestasi mama selama menjadi atlet. Impian saya sekarang, ingin meraih medali emas di kejuaraan-kejuaraan sebesar SEA Games, Asian Games maupun Olimpiade,” harap perempuan cantik yang di SEA Games kali ini juga meraih medali perak di nomor compound individual putri.
Prestasi sang mama memang tergolong istimewa. Seabrek gelar pernah ditorehkan sang Ibu, Lilies Handayani ketika masih menjadi atlet Jatim dan Indonesia. Salah satu  ukiran prestasi yang terus dikenang sampai saat ini adalah peraih medali pertama Indonesia di ajang Olimpiade Seoul 1988.
Lilies yang turun di cabang panahan beregu putri bersama Nurfitriyana Saiman dan Kusuma Wardhani menyumbangkan medali perak untuk Indonesia.(wan)
Data diri:
Nama: Dellie Threesyadinda
Lahir: Surabaya, 12 Mei 1990
Postur: 163 cm/59 kg
Anak ke: 1 dari 3 bersaudara
Orang Tua: Denny Trisyanto (bapak)/Lilies Handayani (ibu)

Prestasi:
2007 (SEA Games Thailand) 2 Perak
2009 (SEA Games Laos) 2 Perunggu
2011 (SEA Games Indonesia) 1 Perunggu
2013 (SEA Games Myanmar) 1 emas (beregu), 1 perak (individu)


Rabu, 15 April 2015

Kowad Kopassus Ranking IV Asia



PRESTASI INDONESIA: Sertu (K) Trya Rezky Adriyani di sela-sela kejuaraan panahan tingkat Asia di Bangkok. (Foto: Penerangan Kopassus for Times Indonesia)
TIMESINDONESIA, JAKARTA - Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad) Komando Pasukan Khusus (Kopassus) membawa nama harum Indonesia di kancah internasional. Adalah Sertu (K) Trya Rezky Adriyani, berhasil mengukir prestasi lewat kejuaraan panahan Asia Cup 2015 di Bangkok, Thailand, 16-22 Maret. 
Anggota Bekang Kopassus ini menempati ranking IV kejuaraan tingkat Asia di Thailand, sore tadi (19/3) waktu Bangkok. Demikian disampaikan penerangan Kopassus, Mayor Inf Achmad Munir, pada Times Indonesia beberapa saat lalu.  
Sertu Trya yang  tergabung dalam timnas Merah Putih turun dinomor individual Compound Women. Dia berhasil meraih posisi peringkat 4 setelah menyelesaikan 2 seri aduan (50 meter), dengan total skor 681.  Skor itu hanya terpaut 8 angka dengan peringkat pertama dan kedua pada kejuaraan tingkat Asia tersebut.
Indonesia menempati urutan keempat dari 54 pemanah dari 20 negara peserta. Lima besar kejuaraan 2015 Asia Cup, Bangkok Thailand tersebut secara berurutan adalah Amaya Cojuangco (Philipina) dengan skor 689; Jyothi Vennam (India) skor 689;  Jennifer Chan (Philipina) skor 685;  Trya Rezky Adriyani (Indonesia) skor 681; dan Fatin Mat Saleh (Malaysia) skor 680.
Keberhasilan anggota Kowad Kopassus ini tentu menambah deretan prestasi Kowad lainnya. Baik di bidang olah raga maupun prestasi lainnya. 
’’Semoga hasil pada kejuaraan ini bisa menambah pengalaman bertanding Trya Rezky sehingga pada 28th SEA Games Singapore 2015 nanti bisa menyumbangkan medali bagi kontingen Indonesia,’’ ujar Mayor Inf A. Yamin, koordinator panahan Kopassus.

S Pink Premium Pointer